Situsehat - Bernapas menjadi kebutuhan manusia dan sudah otomatis dilakukan. Namun, ada masalah pernapasan yang seringkali tanpa kita sadari tetapi masih dibiarkan begitu saja. Hiperventilasi ditandai dengan bernapas cepat. Jika sering mengalaminya maka hiperventilasi ini membuatmu merasa tak mendapat udara seperti seharusnya. Stres dan kecemasan merupakan penyebab utama terjadinya hiperventilasi.
Benarkah hiperventilasi juga disebabkan saat menghirup napas dalam? Saat tubuh mengalami hiperventilasi napas jadi terengah-engah karena cenderung cepat. Akibatnya, sedikit oksigen yang sampai ke otak dan otot-otot tubuh. Sehingga memicu ketegangan fisik, jadi makin cemas, berkeringat, makin buyar deh pikirannya. Sementara, menghirup napas dalam akan membantumu meredakan stres.
Menghirup napas dalam bisa dipakai sebagai teknik relaksasi mengelola sres. Caranya, fokuslah untuk menghilangkan ketegangan pada diri. Bernapaslah melalui diafragma kemudian mengisi perut dengan udara. Maksimalkan pernapasan perut dan keluarkan udara melalui mulut dengan bentuk bibir yang mengerucut. Sementara, pada pernapasan dada memang pendek dan tidak menyediakan oksigen yang cukup. Orang yang menarik napas cepat dan dangkal maka paru-paru tidak bisa maksimal mentransfer oksigen ke dalam darah.
Saat menarik napas dalam bisa membuat perut lebih luas dan menarik udara ke dalam lobus bawah paru-paru dimana sebagian besar terjadi transfer oksigen. Memang ada kekhawatiran terlalu sering bernapas dalam membuat pasokan karbon dioksida lebih sedikit dan pasokan oksigen jauh lebih banyak. Manfaat menarik napas dalam-dalam, oksigen yang masuk ke dalam tubuh akan membuatmu tenang, otot tubuh jadi lebih rileks.
Menghirup napas dalam akan menghasilkan napas yang panjang pula. Sampai saat belum ditemukan penelitian yang jelas tentang menghirup napas panjang bisa menyebabkan hiperventilasi. Pernyataan ini adalah hoaks.
Tinggalkan komentar